TEMPO.CO, Bandung - Kepopuleran batu akik membuat Komunitas Pelangi bekerja sama dengan manajemen Radio Republik Indonesia (RRI) menggelar Gemstone Festival di Gedung RRI Jalan Diponegoro No 61, Kota Bandung. Pameran berlangsung pada 24 Februari-5 Maret 2015.
"Acara ini lebih ditekankan para pegiat batu akik di daerah Jawa Barat. Seperti diketahui Jawa Barat banyak menghasilkan batu akik, terutama batu dari Garut yang saat ini banyak digandrungi," kata Koordinator Gemstone Festival, Pandit Antariksa, pada Rabu, 25 Februari 2015.
Meski demikian, ucap Pandit, animo masyarakat sangat besar terhadap pameran batu akik tersebut. "Pengunjung bermacam-macam, mulai dari hingga daerah Jawa Barat hingga Bengkulu, Padang, Aceh, dan yang lainnya," ucap dia.
Stand yang disediakan panitia untuk menjajakan bermacam-macam jenis batu akik banyak diisi oleh para pedagang batu akik dari luar Jawa Barat. "Ada yang dari Aceh dengan batu gioknya, Banten dengan kalimaya, ada juga Jawa Timur hingga dari Maluku dengan bacan-nya. Tapi tetap yang mendominasi masih dari Garut dengan jenis batu pancawarna," ujar Pandit.
Harga batu akik yang dijajakan para penjual pun bervariasi dari mulai Rp 25 ribu per batu hingga mencapai ratusan juta. Sebagaimana salah satu pedagang batu akik jenis bacan, Lukmanul Hakim, yang membanderol bongkahan batu jenis bacan seberat 8,1 kg dengan harga Rp 350 juta. "Batu bacan ini selain digunakan sebagai perhiasan juga berfungsi menyehatkan pemakainya, seperti giok," kata Lukman.
Selain pameran, Gemstone Festival juga mengadakan perlombaan kontes batu akik. Kontes ini terbagi ke dalam tujuh kategori, di antaranya Pancawarna, Batu Gambar, Kalimaya, Opal Biru/Hijau, Lavender/Kaseldon Ungu, Jasper, dan Batu Daerah. "Regulasinya setiap kategori itu kuotanya sampai 50 peserta, baru setelah itu kami konteskan. Pemenangnya akan mendapatkan sepeda motor 250 cc," kata Pandit.
Pandit mengucapkan ada delapan kriteria penilaian, di antaranya keindahan dan tingkat kejernihan batu akik, kekontrasan warna, natural tidak ada rekayasa, kualitas gosokan ataupun pemolesan, kesimetrisan bentuknya, tidak terdapat cacat berat, dan diutamakan ada sertifikat. "Yang kami pilih sebagai juri adalah para pakar dari berbagai disiplin keilmuan, mulai dari ahli gemologi, seniman, dosen seni rupa, ahli kebatinan, dan dari museum geologi," ucap Pandit.
dikutip dari tempo.co"Acara ini lebih ditekankan para pegiat batu akik di daerah Jawa Barat. Seperti diketahui Jawa Barat banyak menghasilkan batu akik, terutama batu dari Garut yang saat ini banyak digandrungi," kata Koordinator Gemstone Festival, Pandit Antariksa, pada Rabu, 25 Februari 2015.
Meski demikian, ucap Pandit, animo masyarakat sangat besar terhadap pameran batu akik tersebut. "Pengunjung bermacam-macam, mulai dari hingga daerah Jawa Barat hingga Bengkulu, Padang, Aceh, dan yang lainnya," ucap dia.
Stand yang disediakan panitia untuk menjajakan bermacam-macam jenis batu akik banyak diisi oleh para pedagang batu akik dari luar Jawa Barat. "Ada yang dari Aceh dengan batu gioknya, Banten dengan kalimaya, ada juga Jawa Timur hingga dari Maluku dengan bacan-nya. Tapi tetap yang mendominasi masih dari Garut dengan jenis batu pancawarna," ujar Pandit.
Harga batu akik yang dijajakan para penjual pun bervariasi dari mulai Rp 25 ribu per batu hingga mencapai ratusan juta. Sebagaimana salah satu pedagang batu akik jenis bacan, Lukmanul Hakim, yang membanderol bongkahan batu jenis bacan seberat 8,1 kg dengan harga Rp 350 juta. "Batu bacan ini selain digunakan sebagai perhiasan juga berfungsi menyehatkan pemakainya, seperti giok," kata Lukman.
Selain pameran, Gemstone Festival juga mengadakan perlombaan kontes batu akik. Kontes ini terbagi ke dalam tujuh kategori, di antaranya Pancawarna, Batu Gambar, Kalimaya, Opal Biru/Hijau, Lavender/Kaseldon Ungu, Jasper, dan Batu Daerah. "Regulasinya setiap kategori itu kuotanya sampai 50 peserta, baru setelah itu kami konteskan. Pemenangnya akan mendapatkan sepeda motor 250 cc," kata Pandit.
Pandit mengucapkan ada delapan kriteria penilaian, di antaranya keindahan dan tingkat kejernihan batu akik, kekontrasan warna, natural tidak ada rekayasa, kualitas gosokan ataupun pemolesan, kesimetrisan bentuknya, tidak terdapat cacat berat, dan diutamakan ada sertifikat. "Yang kami pilih sebagai juri adalah para pakar dari berbagai disiplin keilmuan, mulai dari ahli gemologi, seniman, dosen seni rupa, ahli kebatinan, dan dari museum geologi," ucap Pandit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar